MOST RECENT

|

BI: Perbankan Biayai Usaha Produktif

BI: Perbankan Biayai Usaha Produktif

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia menilai peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah mengingat kecilnya rasio pemberian kredit dengan produk domestik bruto pada 2010 yang hanya mencapai 26,1 persen.


"Saya melihat terdapat sesuatu permasalahan besar, yaitu dalam kondisi likuiditas perbankan berlebih, peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah. Rasio kredit terhadap PDB pada 2010 hanya sekitar 26,1 persen, hanya sedikit meningkat dari 25,7 persen pada 2009," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan di Jakarta, Jumat (21/1/2011) malam.


Darmin menjelaskan, perbankan saat ini mengalami kelebihan likuiditas yang tecermin dari besarnya jumlah alat likuid per 15 Desember 2010 yang terdiri dari SBI Rp 494,5 triliun, Surat Utang Negara Rp 229,9 triliun, dan jumlah undisbursed loan perbankan Rp 556,8 triliun.


"Dari situ kita tahu bahwa perekonomian kita pada hakikatnya tidak kekurangan likuiditas. Tantangannya adalah bagaimana agar likuiditas tersebut dapat tersalurkan untuk membiayai sektor usaha produktif dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan," katanya.


Rendahnya rasio kredit terhadap PDB merupakan dampak krisis 1997/1998 yang telah menyebabkan perekonomian nasional tergolong dalam low leverage economy sehingga dalam kondisi demikian terjadi proses deleveraging pada sektor korporasi dalam waktu yang cukup lama.


"Saya berharap perbankan berani mengambil peran lebih besar membangkitkan kembali sektor korporasi, tentu dengan layanan berkualitas dan biaya yang efisien," katanya.


Selain itu, lanjut Darmin, bank perlu mencermati sumber-sumber pembiayaan nonbank yang semakin berkembang dan kompetitif seperti pembiayaan melalui pasar saham dan obligasi, yang pada 2010 mencapai Rp 280,6 triliun atau 4,4 persen dari PDB, dibandingkan dengan 3,7 persen dari PDB pada 2009. Jumlah emiten meningkat dari 57 (2009) menjadi 74 (2010).     


Terlepas dari persoalan tersebut, BI melihat adanya peluang yang cukup potensial sebagai motor perekonomian, yaitu di sektor UMKM, terlihat dari data akhir 2010 yang menunjukkan pangsa kredit UMKM dalam total kredit perbankan telah mencapai 53,32 persen dan pertumbuhannya telah mencapai 25,17 persen.


Angka-angka ini menunjukkan bahwa kredit sektor UMKM mendominasi total kredit, dengan tingkat kredit macet UMKM sebesar 2,65 persen lebih rendah dibandingkan dengan non-UMKM 3,51 persen.


Untuk terus memperbaiki kredit sektor UMKM ini, Darmin melihat bunga pinjaman sektor ini masih relatif lebih tinggi daripada sektor korporasi yang lain.  "Ini merupakan tantangan kita bersama karena apabila suku bunga UMKM ini bisa kita turunkan lebih jauh, akan memberikan manfaat yang lebih besar dalam mendorong kegiatan ekonomi," katanya.


Dalam skala regional, Darmin menilai daya saing perbankan nasional dari segi efisiensi, permodalan, dan aset masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan.


Berdasarkan data Bank Indonesia dan Bank Scope akhir 2009, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Indonesia adalah 81,6 persen dan net interest margin (NIM) Indonesia adalah 5,8 persen. Sementara untuk Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, rasio BOPO berkisar 32,7 hingga 73,1 persen dan NIM berkisar 2,3 hingga 4,5 persen.


"Fakta ini menunjukkan bahwa efisiensi perbankan Indonesia terendah di ASEAN-5. Ini ironis dengan fakta lain bahwa rata-rata kenaikan harga saham perbankan di Indonesia sangat fantastis. Untuk itu, saya meminta perbankan untuk berupaya mengejar dalam hal efisiensi," katanya.


sumber : http://id.news.yahoo.com

Posted by Unknown on 15.56. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "BI: Perbankan Biayai Usaha Produktif"

Leave a reply

Arsip Blog

Recently Commented

Recently Added