MOST RECENT

PLN Meminta Kepastian Hukum

PLN Meminta Kepastian Hukum

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meminta payung hukum atas penerapan kenaikan maksimal atau capping tarif dasar listrik 18 persen bagi pelanggan industri. Tanpa adanya aturan pelaksanaan dari pemerintah, penerapan kebijakan itu akan rawan gugatan hukum dari para pelaku usaha.


Menurut Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PT PLN Murtaqi Syamsudin, dalam diskusi PLN dengan asosiasi pelaku usaha, Jumat (21/1/2011) di Menara Batavia, Jakarta, saat ini kebijakan kenaikan maksimal tarif dasar listrik (TDL) 18 persen bagi pelanggan industri telah menjadi persoalan hukum.


Sejauh ini pihaknya telah berkonsultasi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. "Kami sudah dipanggil dan dimintai klarifikasi. Oleh KPPU sudah ditangani sebagai suatu kasus, dan akan meningkatkannya menjadi penyidikan. Kami tidak masalah kalau kasusnya menjadi disidik KPPU. Bagi PLN, yang penting ada kepastian hukum, apakah yang dilakukan sudah benar atau tidak," kata dia.


Terkait hal itu, PLN sedang mengomunikasikan opini legal kepada pemerintah mengenai capping yang saat ini sedang ditangani komisi pengawas itu. Dengan demikian, dalam melaksanakan kebijakan pencabutan capping, pihaknya masih menunggu keputusan dari komisi pengawas tersebut yang diharapkan sudah ada sebelum Februari. "PLN akan mengikuti keputusan dari KPPU," ujarnya.


Terkait hasil rapat kerja Komisi VII DPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang meminta pemerintah tidak menyetujui pencabutan capping yang dilakukan PLN sebelum dibahas dengan lembaga legislatif itu, Murtaqi menghormati putusan itu. Akan tetapi, penolakan pencabutan capping hendaknya diikuti dengan pembuatan aturan pelaksanaannya.


Sebelumnya, DPR dan pemerintah sepakat menerapkan capping TDL 18 persen pada Agustus lalu setelah mendapat protes dari sejumlah pengusaha yang mengalami kenaikan tarif listrik lebih dari 18 persen. Namun, kesepakatan itu belum dituangkan dalam aturan pelaksanaan dalam bentuk revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2010 tentang TDL bagi industri sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.


Menurut Murtaqi, capping telah menimbulkan disparitas harga bagi pelaku usaha dan berdampak buruk bagi iklim investasi. "Kami menyerap aspirasi atau keluhan dari pelanggan mengenai hal ini, dan telah menyarankan pemerintah untuk menghilangkan disparitas itu," katanya.


Untuk pelanggan bisnis, penghapusan capping sudah dilaksanakan pada Oktober tahun 2010 dan telah diterima semua kelompok pelanggan ini. Sementara penghapusan kebijakan itu, bagi pelanggan industri, baru dimulai pada Januari ini dan ditentang sejumlah pelanggan yang selama ini menikmati capping.


Berdasarkan data PLN, saat ini jumlah pelanggan industri yang menikmati kebijakan kenaikan maksimal TDL 18 persen sebanyak 9.771 pelanggan dari jumlah total pelanggan industri 38.449 pelanggan. Itu berarti, hanya 25 persen pelaku industri yang menikmati capping. "Jika penghapusan capping dibatalkan, kami akan diprotes pelanggan industri yang tidak menikmatinya," kata Murtaqi.


sumber : http://id.news.yahoo.com

16.11 | Posted in | Read More »

Pemerintah Tawarkan Sukuk Nol Risiko

Pemerintah Tawarkan Sukuk Nol Risiko

BATAM, KOMPAS.com — Pemerintah menawarkan instrumen investasi individual sukuk ritel SR-003 dengan nol risiko kepada masyarakat.


"Sukuk ritel ini dengan risiko nol," kata Langgeng, Kepala Subdirektorat Pengembangan Pasar SBSN Direktorat Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, di Batam, Jumat (21/1/2011).


Investasi yang ditawarkan dengan masa tenor tiga tahun. Selain itu, pemerintah juga menjanjikan imbalan tetap yang diberikan setiap bulan.


Namun, persentase imbalan baru akan ditentukan pemerintah pada 2 Februari 2011.


"Persentase akan ditetapkan berdasarkan BI rate yang berlaku dan biasanya lebih tinggi dibanding bunga deposito," katanya.


Sukuk negara ritel adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.


Untuk sukuk SR-003 yang ditawarkan pada 2011, ia mengatakan, pemerintah menyiapkan underlying tanah dan bangunan Rp 10,8 triliun.


Mengenai jumlah sukuk SR 003 yang ditawarkan, ia mengatakan, itu baru akan diumumkan Menteri Keuangan kemudian.


Kepala Divisi Pengembangan Usaha PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Heri Purnomo mengatakan, dari sisi tingkat suku bunga, sukuk ritel lebih menguntungkan sebab besarnya jauh lebih besar ketimbang suku bunga bank.


"Imbalan ritel lebih besar, contohnya suku bunga ritel SR-001 mencapai 12 persen, lebih tinggi ketimbang suku bunga tabungan perbankan yang berkisar enam persen," katanya.


Ia mengatakan, penjualan perdana sukuk ritel hanya diperuntukkan untuk WNI dengan nilai 100 persen.


Pada pasar sekunder, sukuk ritel diperjualkan bebas dengan harga bisa di atas atau di bawah 100 persen.


Pemerintah Indonesia, melalui perusahaan penerbit SBSN Indonesia, akan menerbitkan sukuk bunga ritel SR-003 dengan tanggal penerbitan 23 Februari 2011 dengan masa tenor tiga tahun dan tanggal jatuh tempo 23 Februari 2014.


Sukuk SR-003 ditawarkan dengan nominal per unit Rp1 juta dengan minimum pemesanan Rp 5 juta dan kelipatannya, underlying asset berupa barang milik negara (BMN) berupa tanah dan atau bangunan.


Jadwal penerbitan dan penjualan sukuk negara ritel seri SR-003: penetapan imbalan/kupon pada 2 Februari 2011, pembukaan masa penawaran tanggal 7 Februari 2011, penutupan masa penawaran 18 Februari 2011, penjatahan 21 Februari 2011, dan settlement tanggal 23 Februari 2011.


sumber : http://id.news.yahoo.com

16.07 | Posted in | Read More »

Standar Minyak Sawit Indonesia Rampung

Standar Minyak Sawit Indonesia Rampung

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah merampungkan penyusunan standar kelestarian minyak sawit Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO).


Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, Jumat (21/1/2011) di Jakarta mengungkapkan, secara resmi IPSO akan diluncurkan Maret 2011 bersamaan dengan peringatan 100 tahun komersialisasi minyak sawit Indonesia.


Sebelumnya, pemerintah akan melakukan notifikasi publik dan menggelar workshop dua kali pada bulan Februari, untuk memberikan pemahaman dan mekanisme pelaksanaan kebijakan baru ini kepada pemerintah daerah, swasta maupun LSM.


Setelah diluncurkan, ISPO akan diujicobakan pada 10-25 perusahaan. Dari situ akan lalu dilakukan evaluasi untuk melihat implementasinya. "Kalau tidak ada aral, 2012 mandatori dilakukan. Meski 2011 mulai dijalankan belum ada sanksi bagi yang tidak menjalankan. Sanksi baru ada 2012," kata Bayu.

16.03 | Posted in | Read More »

Pasar Tunggal Harus Diantisipasi

Pasar Tunggal Harus Diantisipasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia bersiap memasuki pasar tunggal negara-negara Asia Tenggara yang berlaku mulai tahun 2015. Pemerintah mengajak dunia usaha mempersiapkan diri bersama pengusaha Indonesia agar dapat memetik keuntungan dari potensi ekonomi regional.


Demikian benang merah pertemuan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu bersama pemilik dan eksekutif puncak kelompok-kelompok usaha yang diselenggarakan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Jumat (21/1/2011). Sosialisasi pasar tunggal ASEAN, rancangan undang-undang perdagangan, dan polemik tarif bea masuk yang dinilai tidak memihak industri domestik menjadi topik utama pertemuan yang berlangsung 1 jam 40 menit itu.


Kekhawatiran terbesar dunia usaha adalah pemerintah membuat kebijakan pasar bebas yang merugikan industri domestik. Pengusaha trauma dengan implementasi pasar bebas ASEAN-China yang dimulai 2010 sehingga produk akhir negeri tirai bambu tersebut membanjiri pasar Indonesia.


Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi mengatakan, pemerintah yang kurang komunikatif kerap membuat kebijakan yang tidak aplikatif. Kondisi tersebut terus menggerus daya saing pengusaha nasional yang sudah tertekan dengan ekonomi biaya tinggi, infrastruktur, dan beberapa kebijakan fiskal.


"Bea masuk bahan baku malah dinaikkan dan untuk produk akhir diturunkan, bagaimana industri pengolahan kita mau bersaing. Kami membentuk tim kecil Apindo dan pemerintah untuk mencari jalan keluar," kata Sofjan.


Kondisi ini yang dialami industri cat domestik. Pengurus Asosiasi Cat Indonesia Kris Rianto Adidarma memaparkan, bahan baku cat hampir 50 persen diimpor dan pemerintah telah menaikkan tarif bea masuknya dari 0 persen menjadi 5 persen.


Pada saat yang sama, pemerintah menurunkan tarif bea masuk produk jadi dari 10 persen menjadi 5 persen. "Kami tidak punya margin lagi dan di Purwokerto, Jawa Tengah, sekarang sudah masuk cat produk Malaysia. FTA membahayakan," kata Adidarma.


Pengalaman masa lalu yang membuat pemerintah mengajak pengusaha berdialog. Menteri Perdagangan mengatakan, seluruh asosiasi usaha harus mendata dan melaporkan hambatan peraturan, kebijakan, dan sebagainya kepada tim kecil Kementerian Perdagangan dan Apindo untuk dikaji dan dicarikan solusi.


Hal tersebut menjadi upaya bersama untuk mengantisipasi hambatan dunia usaha dalam menikmati manfaat pasar bebas ASEAN. Sejak tahun 2003, negara-negara ASEAN menyepakati 12 sektor usaha yang akan masuk ke pasar bebas ASEAN mulai tahun 2015.


Sektor tersebut antara lain otomotif, produk kayu, produk karet alam, perikanan, pertanian, turisme, penerbangan, logistik, kesehatan, dan elektronik. Berdasarkan studi daya saing, yang menurut Menteri Perdagangan salah satunya dihasilkan oleh Mckenzie, Indonesia mengajukan sektor industri berbasis kayu dan otomotif.


ASEAN kini memiliki 591 juta jiwa penduduk dengan 80 persen berusia di bawah 45 tahun. Pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan kenaikan daya beli membuat daya tarik pasar ASEAN kian menggiurkan.


Produk domestik bruto (PDB) ASEAN pun kini sudah tumbuh 200 persen dari 800 miliar dollar AS tahun 2003. Nilai perdagangan di kawasan ini pun kini tidak jauh berbeda dengan Eropa, yang bernilai 16,2 triliun.


Menurut Mari, Indonesia berada di kawasan yang bertumbuh dengan integrasi ekonomi yang baik. Porsi perdagangan Indonesia dengan negara Asia mencapai 25 persen dan 60 persen di antaranya adalah dengan negara-negara Asia Timur.


Pertumbuhan ekonomi Asia di tengah resesi Eropa dan Amerika Serikat dua tahun terakhir semakin memacu negara-negara ASEAN untuk mengintegrasikan ekonomi secara bertahap.


Mari menjelaskan, pasar tunggal ASEAN tidak hanya dapat meningkatkan aksesibilitas pengusaha Indonesia terhadap pasar negara tetangga, tetapi juga dapat menjangkau pasar negara lain yang sudah menjalin kerja sama ekonomi dengan mereka. Mari mencontohkan, pengusaha tekstil Benny Soetrisno yang memiliki pabrik di Vietnam mendapat banyak keuntungan dalam mengekspor produknya ke negara lain.


Kondisi serupa dipakai investor asing. Produsen sepatu asal Korea Selatan memilih mengekspor ke Jepang dari pabrik di Indonesia ketimbang China untuk memanfaatkan fasilitas perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang.


"FTA dengan Korea, Jepang, dan India surplus walau dengan China defisit. Tetapi, kalau dihitung semua negara, neraca perdagangan kita surplus. Kami akan membuat forum ekspor dari seluruh asosiasi ekspor penting dan mengajak kementerian lain untuk menghilangkan aturan yang menghambat selama ini," ujarnya.

15.57 | Posted in | Read More »

BI: Perbankan Biayai Usaha Produktif

BI: Perbankan Biayai Usaha Produktif

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia menilai peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah mengingat kecilnya rasio pemberian kredit dengan produk domestik bruto pada 2010 yang hanya mencapai 26,1 persen.


"Saya melihat terdapat sesuatu permasalahan besar, yaitu dalam kondisi likuiditas perbankan berlebih, peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi masih rendah. Rasio kredit terhadap PDB pada 2010 hanya sekitar 26,1 persen, hanya sedikit meningkat dari 25,7 persen pada 2009," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan di Jakarta, Jumat (21/1/2011) malam.


Darmin menjelaskan, perbankan saat ini mengalami kelebihan likuiditas yang tecermin dari besarnya jumlah alat likuid per 15 Desember 2010 yang terdiri dari SBI Rp 494,5 triliun, Surat Utang Negara Rp 229,9 triliun, dan jumlah undisbursed loan perbankan Rp 556,8 triliun.


"Dari situ kita tahu bahwa perekonomian kita pada hakikatnya tidak kekurangan likuiditas. Tantangannya adalah bagaimana agar likuiditas tersebut dapat tersalurkan untuk membiayai sektor usaha produktif dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan," katanya.


Rendahnya rasio kredit terhadap PDB merupakan dampak krisis 1997/1998 yang telah menyebabkan perekonomian nasional tergolong dalam low leverage economy sehingga dalam kondisi demikian terjadi proses deleveraging pada sektor korporasi dalam waktu yang cukup lama.


"Saya berharap perbankan berani mengambil peran lebih besar membangkitkan kembali sektor korporasi, tentu dengan layanan berkualitas dan biaya yang efisien," katanya.


Selain itu, lanjut Darmin, bank perlu mencermati sumber-sumber pembiayaan nonbank yang semakin berkembang dan kompetitif seperti pembiayaan melalui pasar saham dan obligasi, yang pada 2010 mencapai Rp 280,6 triliun atau 4,4 persen dari PDB, dibandingkan dengan 3,7 persen dari PDB pada 2009. Jumlah emiten meningkat dari 57 (2009) menjadi 74 (2010).     


Terlepas dari persoalan tersebut, BI melihat adanya peluang yang cukup potensial sebagai motor perekonomian, yaitu di sektor UMKM, terlihat dari data akhir 2010 yang menunjukkan pangsa kredit UMKM dalam total kredit perbankan telah mencapai 53,32 persen dan pertumbuhannya telah mencapai 25,17 persen.


Angka-angka ini menunjukkan bahwa kredit sektor UMKM mendominasi total kredit, dengan tingkat kredit macet UMKM sebesar 2,65 persen lebih rendah dibandingkan dengan non-UMKM 3,51 persen.


Untuk terus memperbaiki kredit sektor UMKM ini, Darmin melihat bunga pinjaman sektor ini masih relatif lebih tinggi daripada sektor korporasi yang lain.  "Ini merupakan tantangan kita bersama karena apabila suku bunga UMKM ini bisa kita turunkan lebih jauh, akan memberikan manfaat yang lebih besar dalam mendorong kegiatan ekonomi," katanya.


Dalam skala regional, Darmin menilai daya saing perbankan nasional dari segi efisiensi, permodalan, dan aset masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan.


Berdasarkan data Bank Indonesia dan Bank Scope akhir 2009, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Indonesia adalah 81,6 persen dan net interest margin (NIM) Indonesia adalah 5,8 persen. Sementara untuk Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, rasio BOPO berkisar 32,7 hingga 73,1 persen dan NIM berkisar 2,3 hingga 4,5 persen.


"Fakta ini menunjukkan bahwa efisiensi perbankan Indonesia terendah di ASEAN-5. Ini ironis dengan fakta lain bahwa rata-rata kenaikan harga saham perbankan di Indonesia sangat fantastis. Untuk itu, saya meminta perbankan untuk berupaya mengejar dalam hal efisiensi," katanya.


sumber : http://id.news.yahoo.com

15.56 | Posted in | Read More »

Dua Persen, Facebooker di Jepang

Dua Persen, Facebooker di Jepang
Liputan6.com, Tokyo: Situs jejaring sosial Facebook yang mendunia, ternyata tidak terlalu populer di Jepang. Menurut laporan New York Times, Jumat (21/1), facebooker di negara itu sekitar dua persen. Persentase itu tertinggal jauh dibandingkan di Amerika Serikat yang mencapai 60 persen.


Survei kantor berita Jepang NTV menunjukkan, 75 persen warga Negeri Sakura tidak pernah mengetahui keberadaan Facebook. Warga Jepang cenderung lebih familiar dengan situs jejaring sosial Mixi buatan Jepang. Menurut survei, jumlah pengguna Mixi sepuluh kali lebih banyak ketimbang pengguna Facebook.


Facebooker di negara itu umumnya kalangan mahasiswa atau warga Jepang yang tinggal di luar negeri. "Saya ingin memperkenalkan situs ini kepada orang-orang yang tidak pernah tahu keberadaan Facebook sebelumnya," ungkap pendiri Facebook Mark Zuckerberg, seperti dikutip CNNGo


sumber : http://id.news.yahoo.com

15.52 | Posted in | Read More »

Wah, Lumba-Lumba Ternyata Punya Empati

Lumba-Lumba Ternyata Punya Empati

Liputan6.com, Tokyo: Lumba-lumba dikenal sebagai mamalia laut yang sangat cerdas. Selain bisa merespons perkatan atau gerakan manusia, ternyata lumba-lumba juga memiliki empati. Hal itu dibuktikan dengan penelitian melalui rekaman video di sebuah akuarium di Jepang. Seperti diwartakan Kantor Berita NHK, Kamis (20/1), seeekor lumba-lumba terlihat sedang menjaga hewan lain yang berasal dari kolam yang sama.
Dalam rekaman, seekor lumba-lumba botol menggunakan mulutnya untuk menyenggol, tampaknya seperti membangunkan binatang lain yang telah tiada itu. Kemudian hewan yang bersahabat dengan manusia itu membawa hewan yang mati tadi dengan siripnya.
Hebatnya lagi, saat ada sebuah kapal mendekat, lumba-lumba langsung menutupi hewan yang mati itu dengan siripnya. Hal itu menunjukkan bahwa hewan pintar itu mencoba melindungi hewan lain tersebut. Seorang peneliti mengatakan, dua lumba-lumba yang berada di dalam kolam yang sama, kemungkinan telah membangun hubungan kuat.(DES/ANS)



sumber : http://id.news.yahoo.com

15.48 | Posted in , | Read More »

Arsip Blog

Recently Commented

Recently Added